Perang Dunia I (PDI)
adalah sebuah perang global terpusat
di Eropa yang dimulai pada tanggal 28 Juli
1914 sampai 11 November 1918. Perang ini sering disebut Perang Dunia atau Perang
Besarsejak terjadi sampai dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939, dan Perang
Dunia Pertamaatau Perang Dunia I setelah itu. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia,[5] yang terbagi menjadi dua
aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga yang terdiri dari Britania Raya, Perancis, dan Rusia)
dan Kekuatan
Sentral (terpusat pada Aliansi Tiga yang
terdiri dariJerman, Austria-Hongaria, dan Italia; namun saat Austria-Hongaria melakukan serangan
sementara persekutuan ini bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).[6] Kedua aliansi ini melakukan
reorganisasi (Italia berada di pihak Sekutu) dan memperluas diri saat banyak
negara ikut serta dalam perang. Lebih dari 70 juta tentara militer,
termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar
dalam sejarah.[7][8] Lebih dari 9 juta prajurit gugur,
terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu
senjata tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang
Dunia I adalah konflik paling mematikan keenam dalam
sejarah dunia, sehingga membuka jalan untuk berbagai perubahan politik seperti
revolusi di beberapa negara yang terlibat.[9]
Penyebab jangka panjang perang ini
mencakup kebijakan luar negeri imperialis kekuatan besar Eropa, termasuk Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah,Kekaisaran Rusia, Imperium Britania, Republik Perancis, dan Italia. Pembunuhan tanggal 28 Juni 1914 terhadap Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria,
pewaris tahta Austria-Hongaria,
oleh seorang nasionalis Yugoslavia di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina adalah
pencetus perang ini. Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum
Habsburg terhadap Kerajaan Serbia.[10][11]Sejumlah aliansi yang dibentuk
selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu
semua kekuatan besar terlibat dalam perang; melalui koloni mereka, konflik ini
segera menyebar ke seluruh dunia.
Pada tanggal 28 Juli, konflik ini
dibuka dengan invasi ke
Serbia oleh Austria-Hongaria,[12][13] diikuti invasi Jerman ke Belgia, Luksemburg, dan Perancis; dan serangan Rusia
ke Jerman. Setelah pawai Jerman di Paris tersendat, Front Barat melakukan pertempuran atrisi
statis dengan jalur
parit yang mengubah sedikit suasana sampai tahun 1917. Di Timur, angkatan darat Rusia berhasil
mengalahkan pasukan Kesultanan Utsmaniyah, namun dipaksa mundur dari Prusia Timur danPolandia oleh angkatan darat Jerman.
Front lainnya dibuka setelah Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam perang
tahun 1914, Italia dan Bulgaria tahun 1915, dan Rumania tahun 1916. Kekaisaran Rusia runtuh bulan Maret
1917, dan Rusia menarik diri dari perang setelah Revolusi Oktober pada akhir tahun itu.
Setelah serangan Jerman di sepanjang front barat tahun 1918, Sekutu memaksa
pasukan Jerman mundur dalam serangkaian serangan yang sukses dan pasukanAmerika Serikat mulai memasuki parit.
Jerman, yang bermasalah
dengan revolusi pada saat itu, setuju melakukan gencatan
senjata pada tanggal 11 November 1918 yang kelak dikenal sebagaiHari
Gencatan Senjata. Perang ini berakhir dengan kemenangan di pihak
Sekutu.
Peristiwa di front Britania sama rusuhnya seperti
front depan, karena para pihak terlibat berusaha memobilisasi tenaga manusia
dan sumber daya ekonomi mereka untuk melakukan perang total. Pada akhir perang, empat
kekuatan imperial besar—Kekaisaran Jerman, Rusia, Austria-Hongaria,
dan Utsmaniyah—bubar.
Negara pengganti dua kekaisaran yang disebutkan pertama tadi kehilangan banyak
sekali wilayah, sementara dua terakhir bubar sepenuhnya. Eropa Tengah terpecah
menjadi beberapa negara kecil.[14] Liga Bangsa-Bangsa dibentuk
dengan harapan mencegah konflik seperti ini selanjutnya. Nasionalisme Eropa
yang muncul akibat perang dan pembubaran kekaisaran, dampak kekalahan Jerman
dan masalah dengan Traktat
Versaillesdiyakini menjadi faktor penyebab pecahnya Perang Dunia II.[15]
Daftar isi
·
1 Nama
·
8 Dampak
Di Kanada, Maclean's Magazine pada
bulan Oktober 1914 menuliskan, "Sejumlah perang memberi namanya sendiri.
Perang ini namanya Perang Besar."[16] Sejarah asal usul dan
bulan-bulan pertama perang diterbitkan di New York pada akhir 1914 dengan judul The
World War (Perang Dunia).[17] Selama periode antarperang,
perang ini lebih sering disebut Perang Dunia dan Perang
Besar di negara-negara berbahasa Inggris.
Setelah pecahnya Perang Dunia Kedua
tahun 1939, istilah Perang Dunia I atau Perang Dunia
Pertama menjadi standar, dengan sejarawan Britania dan Kanada yang
lebih suka Perang Dunia Pertama, dan Amerika Perang Dunia I.
Kedua istilah ini juga dipakai selama periode antarperang. Frasa "Perang
Dunia Pertama" pertama dipakai bulan September 1914 oleh filsuf Jerman Ernest
Haeckel, yang mengklaim bahwa "tidak ada keraguan bahwa alur
dan tokoh 'Perang Eropa' yang dikhawatirkan ... akan menjadi perang dunia
pertama dalam arti sepenuhnya."[18] The First World War (Perang
Dunia Pertama) juga merupakan judul buku sejarah tahun 1920 karya perwira dan
jurnalis Charles à Court Repington.
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Penyebab Perang
Dunia I
Peta peserta Perang Dunia I: Blok Sekutu berwarna
hijau, Blok Sentralberwarna
oranye, dan negara netral berwarna abu-abu
Pada abad ke-19, kekuatan-kekuatan
besar Eropa berupaya keras mempertahankan keseimbangan kekuatan di seluruh Eropa,
sehingga pada tahun 1900 memunculkan jaringan aliansi politik dan militer yang
kompleks di benua ini.[6] Berawal tahun 1815 dengan Aliansi
Suci antara Prusia, Rusia, dan Austria.
Kemudian, pada Oktober 1873, Kanselir Jerman Otto von Bismarckmenegosiasikan Liga
Tiga Kaisar (Jerman: Dreikaiserbund) antara monarki
Austria-Hongaria, Rusia, dan Jerman. Perjanjian ini gagal karena
Austria-Hongaria dan Rusia tidak sepakat mengenai kebijakan Balkan, sehingga
meninggalkan Jerman dan Austria-Hongaria dalam satu aliansi yang dibentuk tahun
1879 bernama Aliansi
Dua. Hal ini dipandang sebagai metode melawan pengaruh Rusia di Balkan saatKesultanan Utsmaniyah terus
melemah.[6] Pada tahun 1882, aliansi ini
meluas hingga Italia dan menjadi Aliansi Tiga.[19]
Setelah 1870, konflik Eropa terhindar
melalui jaringan perjanjian yang direncanakan secara hati-hati antara
Kekaisaran Jerman dan seluruh Eropa yang dirancang oleh Bismarck. Ia berupaya
menahan Rusia agar tetap di pihak Jerman untuk menghindari perang dua front
dengan Perancis dan Rusia. Ketika Wilhelm II naik
tahta sebagai Kaisar Jerman (Kaiser),
Bismarck terpaksa pensiun dan sistem aliansinya perlahan dihapus. Misalnya,
Kaiser menolak memperbarui Perjanjian
Reasuransi dengan Rusia pada tahun 1890. Dua tahun kemudian,Aliansi Perancis-Rusia ditandatangani untuk melawan
kekuatan Aliansi Tiga. Pada tahun 1904, Britania Raya menandatangani
serangkaian perjanjian dengan Perancis, Entente
Cordiale, dan pada 1907, Britania Raya dan Rusia menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Meski perjanjian ini secara formal
tidak menyekutukan Britania Raya dengan Perancis atau Rusia, mereka
memungkinkan Britania masuk konflik manapun yang kelak melibatkan Perancis dan
Rusia, dan sistem penguncian perjanjian bilateral ini kemudian dikenal sebagai Entente Tiga.[6]
Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah penyatuan dan pendirian Kekaisaran pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an sampai seterusnya, pemerintahan Wilhelm II memakai basis industri ini untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi dalam jumlah besar untuk membangun Kaiserliche Marine(Angkatan Laut Kekaisaran Jerman), yang dibentuk oleh Laksamana Alfred von Tirpitz, untuk menyaingiAngkatan Laut Kerajaan Britania Raya untuk supremasi laut dunia.[20] Hasilnya, setiap negara berusaha mengalahkan negara lain dalam hal kapal modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Imperium Britania memperluas keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman.[20] Perlombaan senjata antara Britania dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan besar memanfaatkan basis industri mereka untuk memproduksi perlengkapan dan senjata yang diperlukan untuk konflik pan-Eropa.[21]Antara 1908 dan 1913, belanja militer kekuatan-kekuatan Eropa meningkat sebesar 50 persen.[22]
Gavrilo Princip,
seorang pelajar Serbia Bosnia,
ditahan sesaat setelah membunuh Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria
^ �
K i �q
�
Marine">Kaiserliche Marine(Angkatan
Laut Kekaisaran Jerman), yang dibentuk oleh Laksamana Alfred
von Tirpitz, untuk menyaingiAngkatan Laut
Kerajaan Britania Raya untuk supremasi laut dunia.[20] Hasilnya, setiap negara
berusaha mengalahkan negara lain dalam hal kapal
modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Imperium
Britania memperluas keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman.[20] Perlombaan senjata antara
Britania dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan
besar memanfaatkan basis industri mereka untuk memproduksi perlengkapan dan
senjata yang diperlukan untuk konflik pan-Eropa.[21]Antara 1908 dan 1913, belanja
militer kekuatan-kekuatan Eropa meningkat sebesar 50 persen.[22]
Austria-Hongaria mengawali krisis
Bosnia 1908–1909 dengan menganeksasi secara resmi bekas
teritori Utsmaniyah di Bosnia dan Herzegovina, yang telah diduduki sejak 1878.
Peristiwa ini membuat Kerajaan Serbia dan pelindungnya, Kekaisaran Rusia yang Pan-Slavik dan Ortodoks berang.[23] Manuver politik Rusia di
kawasan ini mendestabilisasi perjanjian damai yang sudah memecah belah apa yang
disebut sebagai "tong
mesiu Eropa".[23]Tahun 1912 dan 1913, Perang Balkan Pertama pecah antara Liga Balkan dan Kesultanan Utsmaniyah yang sedang retak. Perjanjian London setelah itu mengurangi luas Kesultanan Utsmaniyah dan menciptakan negara merdeka Albania, tetapi memperbesar teritori Bulgaria, Serbia, Montenegro, dan Yunani. Ketika Bulgaria menyerbu Serbia dan Yunani pada tanggal 16 Juni 1913, negara ini kehilangan sebagian besar Makedonia ke Serbia dan Yunani dan Dobruja Selatan ke Rumania dalam Perang Balkan Kedua selama 33 hari, sehingga destabilisasi di wilayah ini semakin menjadi-jadi.[24]
Peta etnolinguistik
Austria-Hongaria, 1910
Pada tanggal 28 Juni 1914, Gavrilo Princip, seorang pelajar Serbia Bosnia dan anggota Pemuda
Bosnia, membunuh pewaris tahta Austria-Hongaria, Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria diSarajevo, Bosnia.[25] Peristiwa ini memulai satu
bulan manuver diplomatik di antara Austria-Hongaria, Jerman, Rusia, Perancis,
dan Britania, yang disebut Krisis
Juli. Ingin mengakhiri intervensi Serbia di Bosnia, Austria-Hongaria
mengirimkan Ultimatum Juli ke Serbia, yaitu sepuluh permintaan yang sengaja
dibuat tidak masuk akal dengan tujuan memulai perang dengan Serbia.[26] Ketika Serbia hanya menyetujui
delapan dari sepuluh permintaan, Austria-Hongaria menyatakan perang pada
tanggal 28 Juli 1914. Strachan berpendapat,
"Tanggapan ragu dan awal oleh Serbia yang mampu membuat perubahan terhadap
perilaku Austria-Hongaria bisa diragukan. Franz Ferdinand bukan sosok yang gila
popularitas, dan kematiannya tidak membuat kekaisaran ini berduka
sedalam-dalamnya".[27]
Kekaisaran Rusia, tidak ingin
Austria-Hongaria menghapus pengaruhnya di Balkan dan mendukung protégé lamanya
Serbia, memerintahkan mobilisasi parsial sehari kemudian.[19] Kekaisaran Jerman melakukan
mobilisasi tanggal 30 Juli 1914, siap menerapkan "Rencana Shlieffen"
berupa invasi ke Perancis secara cepat dan massal untuk mengalahkan Angkatan Darat
Perancis, kemudian pindah ke timur untuk melawan Rusia. Kabinet Perancis
bergeming terhadap tekanan militer mengenai mobilisasi cepat, dan memerintahkan
tentaranya mundur 10 km dari perbatasan untuk menghindari insiden apapun.
Perancis baru melakukan mobilisasi pada malam tanggal 2 Agustus, ketika Jerman
menyerbu Belgia dan menyerang tentara Perancis. Jerman menyatakan perang
terhadap Rusia pada hari itu juga.[28] Britania Raya menyatakan
perang terhadap Jerman tanggal 4 Agustus 1914, setelah "balasan tidak
memuaskan" terhadap ultimatum Britania bahwa Belgia harus dibiarkan netral.[29]
Strategi Blok Sentral mengalami
miskomunikasi. Jerman telah berjanji mendukung invasi Austria-Hongaria ke
Serbia, namun penafsiran maksudnya berbeda. Rencana penempatan pasukan yang
sebelumnya diuji telah diganti pada awal 1914, namun penggantian tersebut tidak
pernah diuji dalam latihan. Para pemimpin Austria-Hongaria yakin Jerman akan
melindungi perbatasan utaranya dari serbuan Rusia.[30] Meski begitu, Jerman
mengharapkan Austria-Hongaria mengarahkan sebagian besar tentaranya ke Rusia,
sementara Jerman menangani Perancis. Kebingungan ini mendorong Angkatan Darat Austria-Hongariamembagi
pasukannya antara front Rusia dan Serbia.
Pada tanggal 9 September 1914, Septemberprogramm,
sebuah rencana memungkinkan yang menyebutkan tujuan perang tertentu Jerman dan
persyaratan yang dipaksakan Jerman terhadap Blok Sekutu, dibuat oleh Kanselir Jerman Theobald von Bethmann-Hollweg. Rencana ini
tidak pernah dilaksanakan secara resmi.Kampanye Afrika[sunting | sunting sumber]
Lettow menyerahkan
pasukannya ke Britania di Abercorn
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teater Afrika di Perang Dunia I
Sejumlah pertempuran pertama dalam
perang melibatkan kekuatan kolonial Britania, Perancis, dan Jerman di Afrika.
Tanggal 7 Agustus, tentara Perancis dan Britania menyerbu protektorat Togoland Jerman.
Tanggal 10 Agustus, pasukan Jerman di Afrika Barat Daya menyerang
Afrika Selatan; pertempuran sporadis dan sengit berlanjut sampai akhir perang.
Pasukan kolonial Jerman di Afrika Timur Jerman,
dipimpin Kolonel Paul Emil von Lettow-Vorbeck, melakukan
kampanye peperangan
gerilya selama Perang Dunia I dan baru menyerah dua minggu
setelah gencatan senjata diberlakukan di Eropa.[31]
Kampanye Serbia[sunting | sunting
sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kampanye Serbia (Perang Dunia I)
Posisi artileri tentara Serbia pada Pertempuran Kolubara
Austria menyerbu dan memerangi pasukan
Serbia padaPertempuran
Cer dan Pertempuran
Kolubara yang dimulai tanggal 12 Agustus. Sampai dua minggu
berikutnya, serangan Austria dipatahkan dengan kerugian besar, yang menandakan
kemenangan besar pertama Sekutu dalam perang ini dan memupuskan harapan Austria-Hongaria
akan kemenangan mulus. Akibatnya, Austria harus menempatkan pasukan yang
memadai di front Serbia, sehingga melemahkan upayanya membuka perang dengan
Rusia.[32] Kekalahan Serbia dalam invasi
Austria-Hongaria tahun 1914 tergolong sebagai kemenangan terbalik besar dalam
abad terakhir.[33]
Tentara Jerman di
gerbong kereta menuju garis depan pada tahun 1914. Pesan di gerbong bertuliskan
"Perjalanan ke Paris"; pada awal perang, semua sisi berharap konflik
ini cepat selesai.
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Front Barat (Perang Dunia I)
Pada awal pecahnya Perang Dunia
Pertama, angkatan darat Jerman (di sebelah barat terdiri dari tujuh pasukan lapangan) melaksanakan versi
modifikasi Rencana Schlieffen,
yang dirancang untuk menyerang Perancis secara cepat melalui Belgia yang netral
sebelum berbelok ke selatan untuk mengepung pasukan Perancis di perbatasan
Jerman.[10]. Karena Perancis telah menyatakan
bahwa mereka akan "bertindak sebebasnya andai terjadi perang antara Jerman
dan Rusia", Jerman memperkirakan kemungkinan serangan di dua front. Jika
terjadi hal seperti itu, Rencana Schlieffen menyatakan bahwa Jerman harus mencoba
mengalahkan Perancis secara cepat (seperti yang terjadi pada Perang
Perancis-Prusia 1870-71). Rencana ini menyarankan bahwa untuk
mengulangi kemenangan cepat di barat, Jerman tidak usah menyerang melalui
Alsace-Lorraine (yang memiliki perbatasan langsung di sebelah barat sungai
Rhine), tetapi mencoba memutuskan Paris secara cepat dari Selat Inggris
(terputus dengan Britania Raya). Kemudian pasukan Jerman dipindahkan ke timur
untuk menyerbu Rusia. Rusia diyakini membutuhkan persiapan lama sebelum bisa
menjadi ancaman besar bagi Blok Sentral.
Jerman ingin bergerak bebas melintasi
Belgia (dan Belanda juga, meski ditolak Kaiser Wilhelm II) untuk bertemu Perancis di
perbatasannya. Jawaban dari Belgia netral tentu saja "tidak". Jerman
kemudian merasa perlu menyerbu Belgia, karena inilah rencana satu-satunya yang
ada andai terjadi perang dua front di Jerman. Perancis juga ingin menggerakkan
tentara mereka melintasi Belgia, tetapi Belgia menolak untuk menghindari
pecahnya perang apapun di tanah Belgia. Pada akhirnya, setelah serbuan Jerman,
Belgia mencoba menggabungkan pasukan mereka dengan Perancis (namun sebagian
besar pasukan Belgia mundur ke Antwerpen tempat mereka dipaksa menyerah
ketika semua harapan bantuan pupus).
Rencana ini meminta agar sisi kanan
Jerman bergerak ke Paris, dan awalnya Jerman berhasil, terutama pada Pertempuran Frontiers (14–24
Agustus). Pada 12 September, Perancis, dengan bantuan dari pasukan Britania, menghambat pergerakan Jerman
ke timur Paris pada Pertempuran Marne
Pertama (5–12 September) dan mendorong pasukan Jerman 50 km ke
belakang. Hari-hari terakhir pertempuran ini menandakan akhir dari peperangan
bergerak di barat.[10]Serangan Perancis ke Alsace Selatan,
dimulai tanggal 20 Agustus dengan Pertempuran Mulhouse,
mengalami sedikit kesuksesan.
Di sebelah timur, hanya satu pasukan
lapangan, yaitu pasukan ke-8, yang bergerak cepat melalui kereta api melintasi
Kekaisaran Jerman. Pasukan yang dulunya cadangan di barat ini dipimpin oleh
Jenderal Paul von Hindenburg untuk
mempertahankan Prusia Timur,
setelah berhasil melakukan serbuan awal ke Rusia dengan dua unit pasukan.
Jerman mengalahkan Rusia dalam serangkaian pertempuran yang secara kolektif
disebut Pertempuran Tannenberg Pertama (17
Agustus – 2 September). Akan tetapi, invasi Rusia yang gagal lebih
disebabkan oleh berhentinya serangan Jerman di barat dan kekalahan taktis oleh
Angkatan Darat Perancis di Marne. Pasukan Jerman
semakin lelah dan pasukan cadangannya dipindahkan untuk menangani invasi ke
Rusia. Staf
Jenderal Jerman di bawah Jenderal Helmuth von Moltke yang Muda juga telah
memperhitungkan bahwa pemanfaatan transportasi tentara cepat melalui kereta api
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan di luar Kekaisaran Jerman. Blok
Sentral gagal mendapatkan kemenangan cepat di Perancis dan terpaksa berperang
di dua front. Pasukan Jerman mengambil posisi defensif yang baik di dalam
Perancis dan berhasil melumpuhkan mobilisasi 230.000 tentara Perancis dan
Britania secara permanen. Meski begitu, masalah komunikasi dan keputusan
komando yang bisa dipertanyakan menggagalkan impian kemenangan awal Jerman.[34]
Asia dan Pasifik[sunting | sunting
sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teater Asia dan Pasifik pada Perang Dunia I
Pria di Melbourne mengambil brosur perekrutan,
1914.
Selandia Baru menduduki Samoa Jerman (kemudian Samoa Barat) pada
tanggal 30 Agustus 1914. Tanggal 11 September, Pasukan Ekspedisi Laut dan Militer Australia mendarat
di pulau Neu
Pommern (kemudian Britania Baru), yang merupakan wilayah Nugini Jerman. Tanggal 28 Oktober, kapal
jelajah SMS
Emdenmenenggelamkan kapal jelajah Jerman Zhemchug pada Pertempuran
Penang. Jepang merebt koloni Mikronesia Jerman dan, setelah Pengepungan Tsingtao,
pelabuhan batu bara Jerman di Qingdao di semenanjung Shandong, Cina. Dalam beberapa bulan, pasukan
Sekutu telah merebut semua teritori Jerman di Pasifik; hanya pos dagang
terisolasi dan sedikit wilayah di Nugini yang bertahan.[35][36]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Front Barat (Perang Dunia I)Awal peperangan parit (1914–1915)[sunting | sunting sumber]
Sir Winston Churchill bersama Royal
Scots Fusiliers, 1916
Taktik militer sebelum Perang Dunia I
gagal menyamai kemajuan teknologi. Kemajuan ini memungkinkan terciptanya sistem
pertahanan canggih yang tidak mampu disamai taktik militer lama sepanjang
perang. Kawat berduri merupakan
penghalang efektif terhadap pergerakan infanteri massal.Artileri, jauh lebih mematikan daripada tahun
1870-an, ditambah senjata
mesin, menjadikan pergerakan di daratan terbuka sangat sulit
dilakukan.[37] Jerman memperkenalkan gas beracun; teknik ini kelak dipakai oleh
kedua pihak, meski tidak pernah terbukti menentukan dalam memenangkan suatu
pertempuran. Dampaknya sangat sadis, menyebabkan kematian yang lama dan
menyakitkan, dan gas beracun menjadi salah satu hal terburuk yang paling
ditakuti dan diingat dalam perang ini.[38] Komandan di kedua sisi gagal
mengembangkan taktik mematahkan posisi parit dengan tanpa kerugian besar.
Sementara itu, teknologi mulai menciptakan senjata-senjata ofensif baru,
sepertitank.[39]Setelah Pertempuran Marne Pertama (5–12 September 1914), baik pasukan Entente dan Jerman mengawali serangkaian manuver mengepung dalam peristiwa yang disebut "Perlombaan ke Laut". Britania dan Perancis kelak menyadari bahwa mereka menghadapi pasukan parit Jerman dari Lorraine sampai pesisir Belgia.[10] Britania dan Perancis berupaya melakukan serangan, sementara Jerman mempertahankan teritori yang diduduki. Akibatnya, parit-parit Jerman lebih kokoh ketimbang milik musuhnya, parit Inggris-Perancis hanya bersifat "sementara" sebelum pasukan mereka mematahkan pertahanan Jerman.[40]
Di dalam parit: Pasukan Bedil Kerajaan Irlandiadi parit komunikasi pada hari pertama di Somme, 1 Juli 1916 anW � i a �� p� 1870-an, ditambah senjata mesin, menjadikan pergerakan di daratan terbuka sangat sulit dilakukan.[37] Jerman memperkenalkan gas beracun; teknik ini kelak dipakai oleh kedua pihak, meski tidak pernah terbukti menentukan dalam memenangkan suatu pertempuran. Dampaknya sangat sadis, menyebabkan kematian yang lama dan menyakitkan, dan gas beracun menjadi salah satu hal terburuk yang paling ditakuti dan diingat dalam perang ini.[38] Komandan di kedua sisi gagal mengembangkan taktik mematahkan posisi parit dengan tanpa kerugian besar. Sementara itu, teknologi mulai menciptakan senjata-senjata ofensif baru, sepertitank.[39]
Setelah Pertempuran Marne
Pertama (5–12 September 1914), baik pasukan Entente dan Jerman mengawali serangkaian
manuver mengepung dalam peristiwa yang disebut "Perlombaan
ke Laut". Britania dan Perancis kelak menyadari bahwa mereka
menghadapi pasukan parit Jerman dari Lorraine sampai
pesisir Belgia.[10] Britania dan Perancis berupaya
melakukan serangan, sementara Jerman mempertahankan teritori yang diduduki.
Akibatnya, parit-parit Jerman lebih kokoh ketimbang milik musuhnya, parit
Inggris-Perancis hanya bersifat "sementara" sebelum pasukan mereka
mematahkan pertahanan Jerman.[40]
Kedua sisi mencoba memecah kebuntuan
menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tanggal 22 April 1915
pada Pertempuran Ypres
Kedua, Jerman (melanggar Konvensi Den Haag) memakai gas klorin untuk pertama kalinya di Front Barat. Tentara
Aljazair mundur ketika digas sehingga terbentuk celah sepanjang enam kilometer
(empat mil) terbuka di lini Sekutu yang segera dimanfaatkan Jerman, mengadakan Pertempuran Kitchener's Wood, sebelum ditutup
olehtentara Kanada.[41] Tank pertama
dipakai dalam pertempuran oleh Britania pada Pertempuran
Flers-Courcelette (bagian dari serangan Somme yang lebih besar)
pada tanggal 15 September 1916 dengan sedikit keberhasilan; Perancis
memperkenalkan meriam putar Renault
FT pada akhir 1917; Jerman memanfaatkan tank-tank Sekutu yang
ditangkap dan sejumlah kecil tank mereka sendiri.
Kelanjutan peperangan parit (1916–1917)[sunting | sunting sumber]Kedua sisi tidak mampu memberi pukulan menentukan selama dua tahun berikutnya. Sekitar 1,1 sampai 1,2 juta tentara pasukan Britania dan jajahannya berada di Front Barat pada satu waktu.[42] Seribu batalion, menempati sektor lini dari Laut Utara sampai Sungai Orne, melakukan sistem rotasi empat tahap selama satu bulan, kecuali sebuah serangan sedang terjadi. Front ini memiliki parit sepanjang 9.600 kilometer (5,965 mil). Setiap batalion menduduki sektornya selama seminggu sebelum kembali ke lini pendukung dan terus ke lini cadangan sebelum seminggu di luar lini, biasanya di wilayah Poperinge atau Amiens.
Seorang tentara
Perancis menyerang posisi Jerman, Champagne, Perancis, 1917.
Perwira dan tamtama
senior dari KontingenBermuda Artileri Milisi Bermuda, Artileri Garnisun
Kerajaan, di Eropa.
Sepanjang 1915–17, Imperium Britania
dan Perancis mengalami lebih banyak korban daripada Jerman, karena sikap
strategi dan taktik yang dipilih oleh sisinya. Secara strategis, saat Jerman
hanya melakukan satu serangan tunggal di Verdun,
Sekutu melakukan banyak upaya untuk mematahkan lini Jerman.
Armada Besar Britania Raya berlayar ke Scapa Flow, 1914
Pada tanggal 1 Juli 1916, Angkatan Darat Britania Raya mengalami
hari paling mematikan dalam sejarahnya, dengan korban 57.470 jiwa, termasuk
19.240 gugur, pada hari
pertama Pertempuran Somme.
Kebanyakan korban jatuh pada satu jam pertama serangan. Seluruh serangan Somme
melibatkan setengah juta prajurit Angkatan Darat Britania.[43]
Skadron kapal perang Hochseeflotte di
laut
Serangan Jerman yang terus-menerus di Verdun sepanjang
1916,[44] ditambah Somme (Juli dan Agustus 1916), membawa
pasukan Perancis yang lelah di ambang perpecahan. Upaya sia-sia dalam serangan
frontal memakan banyak korban bagi Britania dan poilu Perancis
dan mendorong terjadinya mutini besar-besaran tahun 1917, setelah Serangan Nivelle (April dan Mei 1917)
yang gagal.[45]
Secara taktis, doktrin komandan Jerman Erich
Ludendorff berupa "pertahanan elastis" cocok dipakai untuk
peperangan parit. Pertahanan ini terdiri dari posisi depan yang minim
pertahanan dan posisi utama jauh di belakang jangkauan artileri yang lebih kuat,
yang dari situlah serangan balasan cepat dan kuat bisa dilancarkan.[46][47]
Ludendorff menulis tentang pertempuran
tahun 1917,
25 Agustus mengakhiri fase kedua pertempuran Flandria. Peristiwa
ini memakan banyak korban dari pihak kami ... Pertempuran Agustus
mematikan di Flandria dan Verdun membawa tekanan berat bagi tentara Barat.
Meski di bawah perlindungan beton, semua tampak kurang kuat menghadapi artileri
musuh yang luar biasa. Pada beberapa saat, mereka tidak lagi memiliki ketegasan
yang saya, bersama para komandan setempat, harapkan. Musuh berupaya
mengadaptasikan diri mereka dengan metode kakmi dalam melakukan serangan
balasan ... Saya sendiri mengalami tekanan luar biasa. Suasana di Barat
tampak mencegah dilakukannya rencana-rencana kami di manapun. Jumlah korban
begitu banyak sehingga kami tidak sempat menguburkan mereka secara layak, dan
melebihi semua harapan kami.[48]
Pada pertempuran Menin Road Ridge,
Ludendorff menulis,
Serangan besar lain dilancarkan terhadap lini kami pada
tanggal 20 September ... Serangan musuh terhadap pasukan ke-20
berhasil, yang membuktikan superioritas serangan terhadap pertahanan. Kekuatan
mereka tidak melibatkan tank; kami melihat mereka begitu tidak nyaman, tetapi
terus mengerahkan semuanya. Kekuatan serangan terletak di artileri, dan faktanya
artileri kami tidak mampu memberi dampak yang cukup untuk memecah infanteri
saat mereka terus bersatu pada saat itu juga.[49]
Pada Pertempuran Arras 1917, satu-satunya
keberhasilan besar militer Britania adalah penaklukan Vimy
Ridge oleh Korps
Kanada di bawah pimpinan Sir
Arthur Currie dan Julian
Byng. Tentara yang menyerang, untuk pertama kalinya, mampu
mengalahkan, bersatu dengan cepat, dan mempertahankan pegunungan yang membatasi
dataran Douai yang kaya akan kandungan batu bara.[50][51]
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Peperangan laut pada Perang Dunia I
Pada awal perang, Kekaisaran Jerman
memiliki kapal
jelajah yang tersebar di seluruh dunia, beberapa di antaranya
dipakai untuk menyerang kapal
dagang Sekutu. Angkatan Laut
Kerajaan Britania Raya secara sistematis memburu mereka, meski
menanggun malu akibat ketidakmampuannya melindungi kapal Sekutu. Misalnya,
kapal jelajah ringan Jerman SMS Emden, bagian dari skadron Asia Timur yang
berpusat di Tsingtao, menangkap atau menghancurkan 15 kapal dagang, serta
menenggelamkan sebuah kapal jelajah Rusia dan kapal penghancur Perancis. Namun
sebagian besar Skadron Asia Timur Jerman—terdiri dari kapal
jelajah lapis baja Scharnhorst dan Gneisenau,
kapal jelajah ringan Nürnberg dan Leipzig dan
dua kapal angkut—tidak diberi perintah mencegat jalur perkapalan dan malah
diperintahkan kembali ke Jerman ketika bertemu kapal perang Britania. Armada
Jerman dan Dresden menenggelamkan
dua kapal jelajah lapis baja pada Pertempuran
Coronel, namun hampir hancur pada Pertempuran Kepulauan Falkland bulan
Desember 1914, dengan Dresden dan beberapa kapal pembantu
berhasil kabur, tetapi pada Pertempuran Más a Tierrakapal-kapal tadi
akhirnya hancur atau ditangkap.[52]
Sesaat setelah pecahnya pertempuran,
Britania memulai blokade
laut Jerman. Strategi ini terbukti efektif, memutuskan suplai
militer dan sipil, meski blokade ini melanggar hukum internasional yang diatur
oleh beberapa perjanjian internasional selama dua abad terakhir.[53] Britania membuang ranjau di
perairan internasional untuk mencegah kapal apapun memasuki seluruh wilayah
samudra, sehingga membahayakan kapal yang netral sekalipun.[54] Karena ada sedikit tanggapan
terhadap taktik ni, Jerman mengharapkan taktik yang sama terhadap peperangan
kapal selamnya yang tidak terhambat.[55]
Pertempuran
Jutland (Jerman: Skagerrakschlacht, atau
"Pertempuran Skagerrak") 1916 berubah menjadi pertempuran laut
terbesar dalam perang ini, satu-satunya pertempuran kapal perang berskala besar
dalam Perang Dunia I, dan salah satu yang terbesar dalam sejarah. Pertempuran
ini terjadi pada tanggal 31 Mei – 1 Juni 1916 di Laut Utara lepas pantai Jutland. Armada Laut Lepas Kaiserliche Marine,
dipimpin Wakil Laksamana Reinhard
Scheer, berperang melawan Armada
Besar Angkatan Laut Kerajaan, dipimpin Laksamana Sir John Jellicoe. Pertempuran ini buntu, karena
Jerman, yang kalah jumlah dengan armada Britania, berhasil kabur dan
mengakibatkan kerusakan lebih banyak bagi armada Britania daripada yang mereka
terima. Secara strategis, Britania menguasai lautan, dan sebagian besar armada
permukaan Jerman masih tertahan di pelabuhan selama perang berlangsung.[56]
Kapal-U Jerman
berusaha memotong jalur suplai antara Amerika Utara dan Britania.[57] Sifat peperangan kapal selam
berarti bawha serangan bisa datang tanpa peringatan, sehingga memberi
kemungkinan selamat yang kecil bagi awak kapal dagang.[57][58] Amerika Serikat mengeluarkan
protes, dan Jerman mengganti aturan pertempuran. Setelah penenggelaman kapal
penumpang RMS Lusitania tahun 1915, Jerman berjanji
tidak lagi menyerang kapal penumpang, sementara Britania mempersenjatai
kapal-kapal dagangnya dan menempatkan mereka di luar perlindungan "aturan
kapal jelajah" yang meminta peringatan dan penempatan awak di "tempat
aman" (standar yang tidak dimiliki sekoci).[59] Akhirnya, pada awal 1917,
Jerman menerapkan kebijakanpeperangan kapal selam tak terbatas, menyadari
bahwa Amerika Serikat akan ikut berperang.[57][60] Jerman berupaya menghambat
jalur laut Sekutu sebelum Amerika Serikat dapat memindahkan pasukan dalam
jumlah besar ke luar negeri, tetapi hanya mampu mengerahkan lima kapal-U jarak
jauh dengan dampak yang sedikit.[57]
U-155 dipamerkan dekat Tower Bridge di
London setelah Perang Dunia Pertama.
Ancaman kapal-U berkurang pada tahun
1917, ketika kapal-kapal dagang mulai berlayar dalam bentuk konvoidan dikawal kapal penghancur. Taktik ini terbukti sulit
bagi kapal-U untuk mencari target, sehingga mengurangi kerugian; setelah hidrofon dan ranjau
bawah air diperkenalkan, kapal penghancur pengawal bisa
menyerang kapal selam dengan kemungkinan berhasil. Konvoi memperlambat aliran
suplai, karena kapal harus menunggu saat konvoi dibentuk. Solusi terhadap
penundaan ini adalah program pembangunan kapal angkut baru secara
besar-besaran. Kapal tentara terlalu cepat untuk dikejar kapal selam dan tidak
berlayar di Atlantik Utara dalam konvoi.[61] Kapal-U telah menenggelamkan
lebih dari 5.000 kapal Sekutu dengan kerugian sebanyak 199 kapal selam.[62]
Perang Dunia I juga menjadi peristiwa
ketika kapal
angkut pesawat pertama kali dipakai dalam pertempuran, dengan HMS Furious meluncurkan pesawat Sopwith
Camels dalam serangan sukses terhadap hangarZeppelin di Tondern pada
bulan Juli 1918, serta blimp untuk
patroli antikapal selam.[63]